Penggulingan Shah mengejutkan hampir semua pengamat politik.[1][2] Demonstrasi militan anti-Shah pertama oleh beberapa ratusan mahasiswa dimulai pada Oktober 1977, selepas kematian Mostafa anak Khomeini.[3] Setahun kemudian, suatu mogok cepat melumpuhkan negara, dan pada awal Disember, sekitar 6 - 9 juta orang — lebih dari 10% populasi negara tersebut— membuat tunjuk perasaan besar-besaran menentang Shah di serata negara Iran.[4] Pada 2 Oktober 1978, Shah mengumumkan pemberian pengampunan untuk para penentangnya di luar negeri, termasuk Ayatollah Khomenei.[5]

Pada 16 Januari 1979, baginda membuat suatu perjnajian dengan Farboud dan meninggalkan Iran dan menyerahkan segala tanggungjawab kekuasaannya kepada Perdana Menteri Shapour Bakhtiar (seorang pemimpin oposisi) untuk meredakan situasi.[6] Serangan-serangan spontan massa terhadap patung-patung Pahlavi merebak dengan mendadak, seluruh simbol-simbol dinasti Pahlavi cepat hancur luluh setelah beberapa lama.[7] Bakhtiar membubarkan jabatan polis rahsia SAVAK[8], membebaskan seluruh tahanan politik, dan mengizinkan Ayatollah Khomeini pulang ke Iran setelah bertahun-tahun diusir dalam buangan ke luar negeri.

Baginda meminta Khomeini untuk membuat "negara seperti Kota Vatikan" di Qom, menjanjikan pengadaan suatu pilihanraya yang bebas, dan memanggil pihak oposisi untuk membantunya menyelamatkan konstitusi, mengajukan pemerintahan "persatuan nasional" yang meliputi para pengikut Khomeini. Khomeini menolak permintaan Bakhtiar lalu mewujudkan pemerintahan sementaranya sendiri, dengan Mehdi Bazargan sebagai perdana menteri, dan menyatakan, "Saya akan membentuk negara. Saya akan bertindak melawan pemerintahan ini. Dengan dukungan seluruh bangsa, saya akan membentuk negara."[9] Pada bulan Februari, gerila revolusioner dan pasukan pemberontak pro-Khomeini mula menang dalam pertempuran jalanan, dan pihak tentera mengumumkan keberkecualiannya dalam . Pada tanggal 11 Februari malam, pembubaran monarki Iran pun telah tuntas dengan sepenuhnya.